Selasa, 07 Januari 2020

Be your self

Mungkin kita sering atau minimal pernah denger istilah atau motto hidup seseorang "be your self" atau "jadi diri sendiri" ajalah..
Dulu aku setuju banget sama istilah ini. Artinya bahwa; ga perlu menjadi orang lain untuk menjalani hidup ini. Ga perlu berpura-pura, atau memaksakan diri menjadi seperti orang lain yang akhirnya membuat kita tidak nyaman. 

Suatu kali aku pernah lihat di media sosial seseorang bilang seperti ini .." aku hanya menunjukkan diri aku yang sebenarnya kok. Jadi aku on cam dan off cam itu sama aja. Ga perlu berpura-pura, cukup menjadi diriku sendiri aja. Kalau orang lain suka atau tidak suka, itu hak mereka.". kalo sebatas pernyataan itu mungkin ga ada masalah. tapi yang membuat aku g setuju adalah ketika melihat apa yang dia posting adalah sesuatu yang menurut aku ga pantas untuk dipertontonkan. Contohnya, sebut saja mengumpat, memaki, berbicara atau berpose vulgar di medsos.  ( Walaupun kadar' vulgar versi orang2 juga cukup relatif ya,,) . Karna menurut aku akan berbeda ceritanya kalau dia berperilaku seperti itu di depan cermin yang hanya di lihat diri sendiri dan bukan mempublikasikannya di medsos.

Nahh, kadang kalo bicara masalah media sosial ini seperti lingkaran setan. Seolah ga ada ujung pangkal nya. Misalnya gini, si A bilang gini: "..yah itu kan akun pribadi aku, terserah aku dong mau posting apa di dalam nya" ..(bener dong?? Tapi disisi lain, para pengguna medsos yang lain harus jadi perhatian kita juga bukan? )
Trus yang kedua : "..yahh, kalo ga suka jangan di lihat dong, atau jangan di follow atau di blok sekalian.." (bisa dibenarkan ya??, Tapi di beberapa app, bisa langsung pop up tanpa kita minta. Gimana dong??)
Ketiga : "..yah kalo anak2 dibawah umur, tanggung jawab orang tua nya dong yang ngawasi, bukan orang lain yang disuruh ga boleh ini itu biar ga dilihat anak nya.." ( bener juga kan?? Tapi....) Selain itu, menjadi salah juga ketika melanggar norma2 yang ada bukan?? Jadi kalau case seperti di atas bener atau gak?? Yang bener siapa dan yang salah siapa?? Ahh..entahlahh

Okehh kita skip masalah dampak bagi orang lain seperti yang kita sebut diatas. Sekarang coba kita lihat dampak bagi diri sendiri. Apakah bener-bener itu yang kita mau untuk kita pertontonkan kepada orang lain??. Apakah opini yang seperti ini yang kita harapkan orang lain lihat dari kita?? Atau ada faktor lain yang mempengaruhi alasan kita yang sebenarnya?? Cukup kah istilah "jadi diri sendiri" menjadi standard yang kita pegang menjadi acuan hidup kita??

Dititik ini, aku menjadi tidak sepenuhnya setuju dengan istilah ini. Menurut aku, "menjadi diri sendiri" bisa di pandang dari dua versi yang sangat kontras perbedaannya. Pertama, menjadi diri sendiri versi yang kita buat sendiri. Artinya, kita sendiri membentuk image kita seturut apa yang kita mau. Contoh nya, aku mau menjadi aku yang seorang pemarah, seorang yang manis, seorang yang awur-awuran dan sebagainya dan itulah yang kita kenakan untuk dipertontonkan. Dan kalau kita menyebut " menjadi diri sendiri" tapi versi kita, itu sama aja kita sedang nunjukin keegoisan kita sendiri. Menurut aku, kita hanya sedang bilang ke lingkungan sekitar kita.."jangan ganggu atau jangan pengaruhi aku!!!" .semacam alibi, karna sebenarnya kita hanya ga mau menerima perubahan alias ga mau keluar dari zona nyaman.   Dan sebenarnya, sadar atau tidak sadar kita sebenarnya hanya menjadi copi-an dari orang lain yang pernah kita ketahui sebelumnya. 

"Menjadi diri sendiri" versi ke dua adalah versi siapa kita menurut yang menciptakan. Artinya bahwa, kita menjadi manusia yang seharusnya menurut tujuan yang di kehendaki pencipta sedari awal. Pencipta menciptakan manusia itu sebenarnya untuk citra seperti apa sih?? saya percaya bahwa Sang Pencipta tak pernah menciptakan kita menjadi seseorang yang brengsek, yang ga tau mana yang bener, yang brutal dan lain sebagainya. Lalu seperti apa kita seharusnya menurut Pencipta?? Itulah yang terus kita cari tau selama kita hidup. Rasanya terlalu egois kalau bilang "cukup menjadi diri sendiri" padahal kita sendiri sebenarnya ga tau atau belom tau siapa diri kita sebenarnya. Seolah diri kita milik kita sendiri, yang terbentuk atas kemauan kita sendiri.

Akhir kata, ada kalanya mungkin dalam pencarian "diri sendiri" ini ,kita menjadi orang lain tanpa kita sadari. Ada kalanya juga kita mungkin merasa tidak nyaman di beberapa fase dalam pencarian ini. Dan kadang mungkin perlu "memaksakan diri" untuk keluar dari sudut pandang kita untuk masuk ke sudut pandang Pencipta. Dan ga ada yang salah dengan itu.



#disclaimer : hanya pandangan pribadi penulis, orang lain mungkin setuju atau bisa jadi tidak setuju

Minggu, 05 Januari 2020

Ego #poem

Tak mengapa untuk sejenak berlelah
Tak mengapa untuk sejenak menangis dalam peluh
Bahkan tak akan mengapa kalau sejenak harus merasa pedih yang teramat dalam
Tidak akan ada yang abadi, pula sakit ini..

Kalau akhirnya yang kupahami bahwa,
Kadang kala bukan hiburan atau pujian yang kubutuhkan saat terpuruk
Tapi, entah mengapa keluh kesah mereka bisa menghancurkan ego ku
Mengingatkanku bahwa ada yang lebih layak harus kuperhatikan lebih dari apa yang kupelihara dalam rasa.
Sebagai penawar segala beban untuk bangkit dan berdiri lalu berlari.
Meninggalkan titik dimana aku pernah berhenti ketika menangis


#poem
#karangan ''des19