Jumat, 14 Agustus 2020

Puisi cinta

 Jangan paksakan apa yang terlukis dimataku 

Tentang apa yang aku bisa lihat dari dirimu

Izinkan aku mengukir cerita di benakku

Dari apa yang bisa kupahami


Buatku jadi yang paling merugi

Jika nanti tak bisa kau ku miliki

Atau yakinkan akulah yang paling mujur

Jika akhirnya memilihmu hingga akhir


Atau biar aku yang menangisi sisa waktu kelak 

karna akhirnya tak bisa kuhabiskan bersamamu.

Pastikan aku bukan menjadi orang yang menangis dalam sesal

karna banyaknya waktu yang sudah kuhabiskan karna memilihmu


Cinta itu tak seharusnya disesatkan

Izinkan dia lahir dari apa yang dia lihat dan rasakan

Biar dia tumbuh dan kemudian bertahan

Bukan memaksakan lalu berharap akan selamanya

Percayalah, cinta selalu punya tempat bagi pemujanya


#sajak #puisicinta

Quote 08/08/20

Dari segala hal yang tidak terkendali yang mungkin bisa terjadi di dunia ini.

selalu ada satu bagian yang bisa kita kendalikan!. Yaitu;

DIRI KITA SENDIRI






Bagaimana meresponi, bagaimana berfikir, dan tindakan apa yang perlu diambil

Sabtu, 25 Juli 2020

In memoriam grandpa joseph

Beberapa yang lalu saya baru dapat kabar kalau grandpa sekarat, memang sudah tau kalau jantung nya beberapa tahun ini sudah ditopang alat, tapi entah kenapa rasanya sedih sekali membayangkan kondisi granpa. Rasanya nyesek sekali membayangkan dia sekarat.

Tiba2 aku teringat pertemuan kami beberapa tahun lalu. Ketika kami berkunjung ke kediaman mereka. Penyambutannya, kehangatannya, cerita2 nya, perhatiannya semuanya itu seolah hubungan antara cucu dan nenek kakek kandung yang sudah lama tidak pernah ketemu. Padahal kenyataannya kami hanya cucu karena dulu alm.bapak dan grup nya di undang nyanyi di acara ulangtahun  pernikahan mereka. Lalu grup yang terdiri dari 5 atau 6 orang itu dianggap anak oleh beliau, dan menurun kepada kami anak2 mereka.

Dan anehnya, walaupun sebenarnya secara fisik kami jarang bertemu tapi ada ikatan emosi yang ditularkan mereka dari pertemuan singkat itu. Aku sendiri bahkan terakhir kali ketemu mereka ketika aku berumur 4 atau 5 tahun. Bahkan kalau bukan melihat foto2 aku hampir tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada malam pertemuan itu.

Pagi ini dapat kabar lagi tentang upacara pemakaman yang akan dilaksanakan pagi ini. Karna beberapa hari grandpa sekarat, akhirnya meninggal dunia. Tapi perasaannya sudah berubah, tak lagi sakit atau sedih perasan lega karna akhirnya aku tau dia kembali ke rumah Bapa disorga. Aku kembali diingatkan kesan2 yang ditinggalkan grandpa selama hidupnya. Bagaimana kebaikan dan ketulusan hati nya yang terus akan ku ingat dan memberiku pelajaran berharga hari ini. Semua yang hidup akan kembali ke Pencipta nya, Namun tidak semua orang bisa meninggalkan kesan mendalam bgi yang di tinggalkannya. Dan grandpa adalah salah satu orang yang berhasil meninggalkan kesan baik itu

Lalu pertanyaan berikutnya muncul, bagaimana dengan aku sendiri, kesan apa yang kira2 sudah ku tinggalkan bagi orang2 disekitarku, seandainya hari ini atau besok waktunya....

Selasa, 21 Juli 2020

Stress away

Menurutku stress itu asalnya dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain atau lingkungan. lingkungan itu hanya sebagai pemicunya aja. ibarat jerawat besar yang tidak bisa dimunculkan oleh kacang. tapi bibit jerawat yang memang sebelumnya udah ada , bisa dipicu keluar oleh si kacang menjadi jerawat yang besar dan kelihatan.

Jadi, temanku sekerjaku cerita, katanya dia stress karna ga ada jualan bulan ini. aku pikir karna  sebagai sales, yang penghasilan bulanan nya berasal dari tingkat penjualan tentu saja mempengaruhi kami, dan termasuk aku juga. Tapi, lalu dia bilang.."enak kalau usaha sendiri, ga perlu mikirin tekanan. nahh..ini kerja sama orang lain , kalau ga ada jualan ditekan sama atasan. bikin stress!!"

Jadi aku bilang, sebenarnya usaha sendiri atau kerja pada orang lain tetap aja punya tekanan nya sendiri cuma, dari sumber yang berbeda. bukankah ketika kita punya usaha sendiri, kita pun akan memikirkan hal yang sama seperti yang dipikirkan atasan kita saat ini??. berfikir bagaimana untuk memutar modal, mikir bagaimana caranya menjual, bagaimana agar usaha berkembang pesat dan sebagainya. cuman bedanya, tekanan itu datang dari diri kita sendiri untuk diri kita sendiri juga. 

Lalu kemudian aku berfikir, bukankah ada yang salah kalau kita hanya kepikiran hasil kerja kita karna ada tuntutan dari orang lain?? Apalagi kalau kita melakukannya hanya karna ego, misalnya biar "dianggap hebat/mampu" bukankah seharusnya kita sendiri harus bisa merasa puas atau tidak puas dengan apa yang udah atau belum kita lakukan?? tapi perlu diingat bahwa,.. puas disini bukan berarti berenti sampai di satu titik karna sudah merasa cukup. puas disini artinya menghargai sendiri apa yang sudah kita capai sekalipun mungkin orang lain ga tau usaha keras yang udah kita lakuin.

Menurut aku, rasanya penting punya kepuasan bagi diri sendiri sebelum memuaskan orang lain. karna bagaimana pun juga, tuntutan itu akan selalu ada dan bahkan tuntutan seperti target mungkin akan terus ditingkatkan. jadi ibaratnya penting untuk menghargai usaha apa yang terus kita lakukan untuk mencapai target tertentu bukan hanya sekedar memenuhi angka-angka yang diminta atau sekedar memuaskan ego supaya kita dianggap hebat dan jago atau sekedar mendapat predikat atau penghargaan semata. meskipun image itu juga penting.


Suatu kali aku pernah kerja di suatu perusahaan, awalnya karyawan lapangan, lalu atas rekomendasi salah satu atasan, aku dipindahkan bekerja di kantor yang sangat nyaman. sampai pada suatu kali, salah satu karyawan dengan terbukti menjelek jelekkan aku ke atasan. lalu apakah aku harus jadi malas-malasan karna tidak lagi mendapat "penghargaan"dari atasan?? tidak!! aku tau diriku tidak seperti yang di tuduhkan. aku tetap berupaya melakukan yang lebih baik terus menerus, walau pada akhirnya aku harus resign dari perusahaan itu, minimal, aku keluar karena hal baik, bukan karna sesuatu seperti yang di tuduhkan rekan kerjaku. 

ketika kita hanya terus ber-fokus untuk mengejar tuntutan bos maka hal itu bisa memicu kita untuk melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi itu, dari yang wajar sampai ke hal yang tidak masuk akal. Hal inilah  yang mungkin menyebabkan beberapa orang  rela melakukan kecurangan2, memanipulasi data dll, demi memenuhi target tadi. bahkan mungkin lebih parahnya mengorbankan prinsip yang dipegang selama ini demi "kepuasan orang lain".Aku pikir hal inilah yang membuat energi kita sangat terkuras baik fisik ataupun pikiran sehingga memicu stress.

Nah, lalu coba kita lihat dari sisi yang lain. Tuntutan itu akan terus kita terima, bukan menganggapnya tidak penting atau sekedar angin lalu saja. tapi yang bisa kita putuskan adalah apakah kita memutuskan kalau tuntutan itu akan menjadi sesuatu yang membebani kita dan bikin stress atau justru "tuntutan" itu sebagai sarana untuk melatih diri kita, mengasah kemampuan kita dan akhirnya memperbesar kapasitas kita. semakin besar kapasitas kita, maka semakin besarlah kemungkinan kita untuk mendapatkan hasil yang lebih besar lagi. 

Bahkan ketika mungkin suatu saat kita tidak mampu memenuhi target seperti yang diinginkan, minimal kita tau bahwa kita dimarah atau di maki sekalipun karna kita melakukan segala yang terbaik dari diri kita. bukan karena ke engganan kita untuk berusaha lebih baik. aku pikir kita juga pasti udah merasa puas.

Nah tapi disini kita juga harus belajar jujur pada diri kita sendiri. jangan kita bilang, "aku sudah melakukan yang terbaik" tapi ga pernah disiplin kerja. atau kita bilang "aku sudah berusaha" tapi tidak pernah ada peningkatan cara kerja dari bulan ke bulan bahkan tahun ke tahun. Aku percaya selama masih ada hal yang bisa kita rubah atau perbaiki, maka akan selalu ada harapan untuk hasil yang lebih baik. maka perlu terus diingatkan pada diri sendiri bahwa akan ada pencapaian di setiap usaha yang kita kerjakan sekecil apapun itu. 

Jadi dari tuntutan kita belajar terus mengembangkan diri dan berinovasi. target tercapai atau melebihi target hanya sebagai bonus yang akan mengikuti usaha yang terus kita kerjakan. tapi yang pasti ada yang terus berubah dalam diri kita. menjadi manusia yang lebih baik lagi.




Senin, 06 Juli 2020

Untuk diriku di masa lalu

Jika aku punya kesempatan untuk bilang kediriku sendiri pada saat muda dulu, ini yang akan ku ceritakan.

 

Hai diriku..

Ini aku, dirimu dari masa depan. kali ini, ini yang akan aku bilang ke kamu, diriku yang masih muda. Jangan takut!, percaya saja!! Iya.. di Firman Tuhan dibilang seperti itu. Jadi,...Percayalah, keragu-raguan itu tak akan pernah membawamu kemana-mana. Dan itu sangat menyakitkan. Waktu jalan terus, sementara kamu tetap jalan di tempat. Dan kamu tau yang lebih menyakitkan lagii, padahal jauh di dalam hatimu, kamu sadar ada begitu banyak potensi yang sebenarnya bisa membawa dirimu ke banyak hal yang kamu inginkan.bersenang- senanglah jangan batasi dirimu, karna kamu pantas mendapatkan nya.

Aku punya kisah tentangmu di masa depan. dan ini yang ku pelajari

Kau tau, sampai sekarang kamu masih tidak pintar memasak. Kamu selalu punya masalah dengan takaran. misalnya takaran garam!. Ini satu hal yang memalukan dari dirimu dalam hal memasak. Untuk sekali masak saja, kadang kala kamu menambahkan 4 atau 5 kali takaran garam yang serba sedikit.  Padahal mungkin 4 atau 5 sendok itu bisa jadi hanya setara dengan satu sendok teh penuh garam. Tapi tidak pernah berani menuangkan sekali saja satu sendok penuh itu. kamu selalu menuangkan sedikit garam dalam sendok berulang ulang. Dan inilah hasilnya kamu tidak pernah bisa belajar takaran yang pasti untuk satu porsi masakan. 

Karna ketika misalnya masakan kali ini terlalu asin atau kurang garam sekalipun, kamu tidak bisa menuangkan garam dengan dosis yang persis sama ketika kamu memasak berikutnya. Yahh.. karna takarannya hanya ada dalam ingatanmu yang ragu-ragu. Kamu terlalu banyak pertimbangan Padahal, bukankah lebiih baik kalau hari ini kamu kasih takaran garam satu sendok teh penuh, lalu hari berikutnya itu bisa jadi tolak ukur kalau rasanya belum pas??  entah harus menambah atau menguranginya. Bagaimana menurutmu?? Tapi itulah kamu, diriku di masa lalu. Tapi tak apa aku sudah menyadarinya sekarang.

jadi, cobalah...ambil satu keputusan, tetapkan hatimu dan melangkah. Gausah takut akan kegagalan. Kegagalan tidak berarti mati atau berakhir. Kegagalan bisa saja justru memberi warna dalam hidupmu. mungkin jadi cerita yang bisa di bagikan sambil tertawa. Jalanin aja, aku tau kamu orang yang bertanggung jawab. Jadi aku tau kamu ga akan lari dari masalah. Selama ini tidak ada hal yang perlu kamu per-tanggung jawab-kan, jadi karakter mu sebagai orang yang bertanggung jawab tidak pernah kelihatan.

Gausah takut menyakiti orang lain, karna sebenarnya aku tau, kamu seorang pencinta ulung. Aku tau kamu orang yang sangat mencintai orang-orang disekitarmu. Mencintai mereka bukan berarti harus sepaham dan mengikuti arus. Mencintai berarti memberi ruang pada cinta itu untuk terus berkembang. Kamu tau bagaimana cinta itu berkembang??, pelihara terus apa yang ada dalam hatimu, tapi sementara itu, biarkan dirimu dan pikiranmu berpetualang, biarkan dia mengalami ujiannya sendiri. mengalami goncangannya sendiri, supaya dia tumbuh semakin dewasa dan murni. Aku tau kamu akan tau apa saja  yang perlu dan tidak perlu kamu lakukan selama cinta itu menjadi batasan pergerakanmu.

Tapi kamu tau, ini yang aku bangga dari kamu, yaitu apa yang udah kamu miliki dari dulu sebenarnya, kamu mencintai Tuhan. Aku tau banyak keputusan- keputusan yang kamu ambil, karna kamu bertanya kepada Tuhan lebih dahulu, walaupun setelahnya, ada kalanya ketika tidak berjalan mulus, kamu mulai meragukan keputusan yang kamu ambil apakah itu dari Tuhan atau bukan. kamu takut ambil resiko, karna kamu takut kalau resikonya terlalu besar, dan kamu tidak sanggup menanggungnya. Sekali lagi, terlalu banyak keragu-raguan.

Jadi hari ini, inilah kesimpulannya.

Untuk segala sesuatu, seperti yang sudah kamu lakukan sebelumnya, Tanyalah Tuhan terlebih dahulu. Lalu tetapkan hatimu, ambil langkah untuk maju terus. Ketika terbentur masalah, hadapi. Pertanggung jawab-kan. Kamu tau kan?? Bahwa Tuhan itu baik?? Dia ga akan pernah tinggalkan kamu dikubur mati dengan masalah-masalah yang timbul. Kalau kamu dalam masalah, tapi Tuhan bisa pakai cara itu untuk memberkati banyak orang, bukankah itu suatu kehormatan bagimu??. Lakukan lebih banyak hal-hal bodoh lainnya. biarkan dirimu berbahagia, karna itu yang Tuhan mau. Tuhan mau kamu jadi orang yang berbahagia.


Puisi Pagi Hari

Aku sembunyikan diriku bagi mereka
Tak kubiarkan mereka mengeja satupun kata dalam benakku
Walau kadang tak bisa kuhindari ketika harus jadi orang lain tanpa kuduga
Aku tak mau aku dalam kendalinya dari apa yang dia tau
Seolah benteng yang ku bangun sebagai keutuhan milikku 
Yang akan kubuka, dan kututup ketika aku mau begitu.

Namun bagimu, pikiranku selalu kubiarkan terbuka
Bahkan bagian terdalam dariku kuberitahu
Aku mau hatiku seolah buku yang selalu kau ingin baca 
Sekalipun mungkin kau akan menertawakannya dan membuatku malu
Tak pernah aku takut akan kendali atau siapa yang pegang kuasa
Ini yang aku mau dan ini yang kutau, tentangmu sedari dulu



Minggu, 03 Mei 2020

Daily quote

040520
Kalau dengan melihat jauh ke depan 
membuatmu kehilangan sukacitamu,
Maka, 
nikmatilah hari ini saja dengan hati yang penuh.

Tenanglah jiwaku #poem

Apa yang kau takutkan wahai akal ku??
Apa yang membuatmu khawatir hai jiwaku??
Bukankah kau tau ada Dia yang pegang kendali atas semesta?
Apakah kau pernah mendengar bahwa untuk segala sesuatu ada masanya??
Tak terkecuali kesusahan hatimu.
Apakah cemasmu bisa menambah sehasta saja jalan hidupmu??
Lalu apa yang kau harapkan darinya??

Tenanglah kau jiwaku
Tuhan itu baik, takkan diberiNya apa yang tak mampu kau tanggung.
Bahkan akan diberiNya kau pengertian, sampai semuanya usai
Buka mulutmu, bernyanyi lah
Bangkit, pakai baju terindah
Menari ,hentakkan kakimu sampai kau lelah
Kumpulkan kembali kepingan harapan yang terbelah
Kau bukanlah tawanan dari masalah
Kau bagian dari rancanganNya yang terindah

Minggu, 26 April 2020

Menjadi manusia




Aku bersyukur Tuhan menjadikan aku manusia dan bukan mahluk lain. Menjadikan aku Mahluk yang punya derajat lebih tinggi dari mahluk ciptaan lainnya. Memiliki emosi dan perasaan dan juga memiliki sebuah anugrah besar yang disebut “kehendak bebas” dari Tuhan. Meskipun disamping itu, aku menyadari sebagai manusia, juga harus bertanggung jawab untuk mengelola emosi dan kehendak bebas tadi. Karna tidak jarang justru anugrah kehendak bebas tadi justru membuat diri ku sebagai manusia sulit dan kesulitan menjadi manusia yang seharusnya.

Pernah gak punya pengalaman seperti ini: Merasa hidup lagi bener banget, mendapat semacam inspirasi dan pengertian yang akhirnya bikin semangat dan merasa hidup lagi produktif banget. Kayak kreatifitas nimbul muncul terus dan beraneka ragam. Nah.. trus tiba-tiba muncul masalah sepele, dan tiba-tiba hal itu seperti mempengaruhi seluruh hidupmu. Semangat yang berapi api tadi seolah hilang dalam sekejap. Walaupun mungkin masih banyak ide di kepala, tapi seolah ga ada tenaga untuk merealisasikannya menjadi sebuah karya. Dengan kata lain STUCK!!

Aku baru mengalaminya, dan rasanya itu sangat tidak enak. Dan tidak nyaman. Aku bisa merasa itu ga bener dan selalu berusaha untuk bangkit. Namun ternyata ga semudah mengucapkannya. Seolah olah aku juga ga tau mau bangkit ke arah mana, atau ke arah yang seperti apa. Ga tau gimana caranya bangkit dan kalaupun bangkit,seolah-olah aku tidak punya bayangan tempat yang bakal aku tuju. Semakin dilawan, tapi rasanya ga bisa, hanya energi saja yang terus terkuras dan yang ada malah merasa semakin melelahkan namun tidak ada hasil. Semua Seolah olah ga ada yang bener ga ada clue.

Di satu ttitik aku mulai menyadari kalau ini itu wajar adanya. Ini yang dinamakan dengan emosi tadi, yang mengkonfirmasi kalau kita adalah manusia yang NORMAL yang punya perasaan dan emosi . perasaan sedih, perasaan kecewa, perasaan bingung, perasaan lemah, dan perasaan2 lain . tapi kemudian kita juga punya semacam REMOTE yang akan menjadi ujung dari semua perasaan ini. yang membuat kita bisa membuat arah, ke mana perasaan itu akan kita bawa. Atau keputusan seperti apa yang akan kita ambil: apakah kita akan memimpin atau malah dipimpin oleh semua emosi tadi.

REMOTE itu adalah kehendak bebas yang di anugerah kan Tuhan pada kita. Kita diberi peluang untuk mengelola dan bertanggung jawab atas semua emosi tadi. Dan kemudian memberi keputusan atas pilihan tadi. Dan keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi kehidupan kita seluruhnya. Misalnya, ketika kita mengalami kegagalan, lalu berbagai macam emosi muncul sebagai reaksi nya, mungkin sedih, kecewa, menyalahkan, merasa bersalah dll. Dan kemudian kita memutuskan apakah kita akan melangkah maju mencoba kesempatan demi kesempatan sampai kita meraih keberhasilan atau kita memutuskan menangisi kegagalan kita dan tanpa mencapai apa-apa.

Lalu bagaimana kalau kita berada pada posisi seolah-olah tidak mampu untuk memberi keputusan atas semua emosi itu?? jawabannya adalah bertanya lah pada provider-nya. Yang menganugerahkan kehendak bebas itu pada kita. Yang juga sekaligus yang melengkapi kita manusia dengan emosi tadi.

Nah.. aku juga menyadari kita harus mulai sadar bahwa tidak ada yang salah dengan emosi itu. Semua ada masanya kan?? masanya untuk tertawa, menangis, sedih, dan yang lainnya juga.  dari pengalamanku, sering kali tidak bisa bangkit itu karna aku berusaha menolak emosi itu atau mungkin menyangkalnya. Dengan berkata aku gapapa!! di situasi yang sebenarnya butuh ditolong . Seolah emosi sedih atau marah itu suatu kesalahan besar yang di lakukan sebagai manusia. Ketika marah misalnya, merasa seolah olah sudah gagal menjadi orang penyabar. Ketika menangis, merasa bahwa sudah gagal menjadi orang yang bahagia, ketika sedih, merasa menjadi manusia paling lemah. BIG NO.. aku pikir semua emosi itu semuanya berguna makanya Tuhan memberi itu.

Yang salah ketika kita menggunakan emosi itu di tempat dan di dosis yang salah menurutku. Untuk itulah masing-masing emosi tadi perlu dilatih ketajamannya. Agar berfungi proporsional. Bukan menjadi emosi yang salah guna, Misalnya ketika kita menangis tapi terbahak bahak .. ehh… bukan, maksudnya ketika mungkin emosi yang berlebihan yang sampe menyakiti orang lain. Atau kita malah tertawa di atas penderitaan orang lain. Itu baru salah. Atau yang lebih salah lagi, ketika emosi membuat kita melakukan dosa.  Lalu bagaimana cara menggunakan emosi itu?? balik lagi, tanya kepada si “Pemberi Anugrah”


#Menjadi Manusia
#pemikiran pribadi

Sabtu, 11 April 2020

Kuatkanlah Hatimu

Yohanes 16:33 (VMD)  Semuanya itu Kukatakan kepadamu supaya kamu menerima damai sejahtera dalam Aku. Di dunia ini kamu menderita, tetapi kuatkanlah hatimu. Aku telah mengalahkan dunia ini.”

Ayat ini merupakan ayat hafalan kelompok PA kami Minggu ini, dan beberapa hari ini ayat ini terus berbicara kuat dalam hatiku.  Di situasi yang sedang terjadi sekarang ini, yang sedikit banyak dan mau ga mau akan terus mengisi pikiran kita. Bagaimana tidak, ketika kita membuka handphone, tanpa kita minta informasi tentang pandemik ini muncul sedemikian rupa. Bahkan sampai  di warung atau pembicaraan anak2 yang sedang bermain di depan rumah terkadang isu ini muncul dari yang serius sampai becandaan.

Nah lalu, bagaimana respon kita?? Haruskah kita marah setiap kali orang2 membicarakan ini?? mengatakan Seolah mereka ikut menambahi isi pikiran kita dengan hal ini?? Tapi tentu saja kita tidak akan sanggup melakukannya. Kecuali kita berdiam diri di goa dan berharap kelelawar atau semut disana juga tidak sedang membicarakan hal yang sama.

Firman Tuhan diatas mengatakan bahwa, ..di dunia ini kamu menderita... Hal itu mengingatkan aku bahwa, ada atau tanpa covid sekalipun, dunia ini akan selalu memberikan kita kesusahan, penderitaan, kesukaran tapi dalam wujud yang berbeda beda. Bukankah sebelum ada pandemik ini kita pernah kesusahan yang lain?? tanpa meremehkan pandemik yang terjadi sekarang ini, tapi sebut saja kesusahan karna sakit penyakit , kesusahan karna harus kehilangan, kesusahan ketika harus menghadapi orang tertentu, kesusahan karna sulit mendapat apa yang kita inginkan, ketika gagal atau bahkan ketika memikirkan tagihan air listrik, bangun pagij, dan masih banyak kesusahan lain. Jadi covid ini hanya wujud derita yang lain yang memang sudah ada di dunia ini. tapi kesusahan yang berbeda menuntut penanganan yang berbeda pula. tentu tidak akan sama cara menangani kesusahan covid dengan kesusahan bagun pagi. misalnya.

Tapi bagaimanapun juga masing-masing kesulitan itu juga mengajarkan kita hal-hal yang perlu kita pelajari terus menerus. belajar kuat, belajar berharap, belajar mempunyai komitment, atau belajar dewasa contohnya.Dewasa dari apa?? dewasa dari bagaimana cara kita menanggapi orang2 yang meresponi pandemik ini dengan cara yang berbeda. 

Suatu kali salah satu temanku ngepost di status wa nya gini… cinaaaa…sambil menambahkan enam atau tujuh emot marah berwarna merah berasap dan juga menambahkan emot jari tengah disana ( plis jangan laporin dia rasis, karna dia temanku). lalu aku mengirim respon ke dia dengan bertanya ada apa. Dan dia menyalahkan wuhan dan cina karena menularkan virus ini sedemikian bahkan menuduh virus ini sengaja dibuat seperti yang marak di beritakan di media sosial. Pemikiran macam apa ini?? pikirku dalam hati. Aku tidak menyangka kalau pemikiran busuk ini datang dari seorang yang ku kenal dekat dan aku tau dia berpendidikan. 

Setelah kami berdebat dan berusaha memberi penjelasan atas ketidak setujuanku. bukan pada pandangannya atau opininya tapi pada sikapnya mengemukakan itu seolah statement, dan lalu menyebarkan itu di media sosial.
Kemudian dia bertanya..”apakah kamu tau siapa pembunuh abraham lincoln?? dan apa motifnya??”
“tidak tau, dan sejauh ini aku tidak tertarik untuk mengetahui sejauh itu” jawabku jujur
“ya sudah, berhenti berdebat, itulah beda nya kita.”katanya. seolah kami adalah dua orang yang berasal dari kutub yang berbeda. Dan tidak akan pernah sepemikiran, seberapapun aku berusaha memberi sudut pandang yang lain.

Ada menit2 kami terdiam dan menenangkan emosi setelah ucapannya. Bukankah ini salah satu cara pendewasaaan?? bagaimana bereaksi pada setiap kondisi. Saya harus memahami ada banyak pemikiran dan ppandangan atas banyak hal termasuk pandemik ini. Dan tidak mungkin bisa kita handle seturut apa yang kita pahami Dan memang seperti itulah adanya. Tuhan menciptakan manusia dan memberikan “ruang” bagi kehendak mereka. Tapi bagiku, cukup memberi sudut pandang yang kupunya dari apa yang kupahami, karna aku mengasihi temanku. Bagaimana itu akhirnya bekerja?, biar itu menjadi rahasia Tuhan .

Berhenti saling menyalahkan, tapi mari kita tetap fokus pada Tujuan kita sebenarnya. Bukan malah menambah bahan pikiran dari hal yang seharusnya tidak perlu di pikirkan. Ada bagian kita untuk tetap berdoa pada bagian yang tidak bisa kita lakukan. Dan itu bekerja! aku mengalaminya ketika salah satu gereja dimana aku beribdah sekarang masiih melakukan pertemuan ibadah di gereja. Bahkan beberapa kali aku diajak untuk ikut berkumpul. 

Sejujurnya ada bagian hati ku yang merasa tidak enak karna menolak ajakan mereka berulang-ulang. Tapi bagian lain berkata lebih kuat bahwa sebaiknya mengikuti peraturan yang ada dan sementara waktu ini mengupayakan ibadah online entah bagaimana bentuknya. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi aku juga rindu kalau kami tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain ketika yang lain tidak lagi diperbolehkan menunaikan ibadah mereka sebagai mana biasanya.

Puncaknya suatu kali, aku di ajak untuk ibadah jumat agung beberapa hari sebelum hari h. “karna ini perjamuan kudus, maka kita harus melakukannya secara bersama-sama di gereja”, begitulah isi ajakan itu. aku mulai bergumul bagaimana caranya untuk menjelaskan pada mereka, setelah ajakanku sebelumnya untuk sementara online tidak dihiraukan. Banyak pertimbangan yang aku miliki saat itu. Walaupun sudah sangat yakin tidak akan menghadirinya. Aku sadar, aku anak baru disini dan mungkin sedikit banyak perbedaan budaya akan mempengaruhi makna penyampaianku nanti. Selama beberapa hari aku coba untuk mengirimkan pesan tapi tetaptidak pernah menemukan kata yang tepat, dan pesan itu tidak pernah terkirim.

Aku bagikan ini pada beberapa saudara dan minta dukungan doa. Suatu malam aku berdoa dan meminta pada Tuhan biar hati kami terus dibawa pada arah yang benar. Seperti simei dalam kisah Alkitab yang mengutuki Daud, dan kemudian Daud berkata “… Jika itu dari Tuhan, biarlah dia mengutuki aku..”kurang lebih seperti itu. Dan kemudian dengan pengertian itu aku berdoa, kalau memang mereka mendapati iitu dari Tuhan, biarlah ibadah itu tetap terlaksana. Dan itu menenangkan hatiku sampai hari h tiba . 

Seperti biasa aku mengikuti ibadah online dari gereja tempat ku bertumbuh sebelumnya. Setelah selesai aku kembali pada rutinitas. Siang harinya ibu gembala datang mengunjungi aku, tentu saja aku sangat antusias, karna sudah lama tidak bertemu mereka. Dan akhirnya dari pertemuan itu aku tau kalau ibadah jumat agung tidak dilakukan di gereja, melainkan pelayanan perjamuan kudus dari rumah ke rumah. Karna memang jemaat juga tidak begitu banyak dan masih dalam kawasan yang mudah di jangkau. Luar biasa sekali rasanya, bahkan aku tidak pernah terpikir peleyanan seperti ini sebelumnya. Aku ga bertanya gimana itu bisa terjadi, aku hanya bilang terimakasih  dan rasanya takjub bagaimana Tuhan melakukan bagianNya dengan sangat sempurna.

Cara Tuhan menyatakan pekerjaanNya bagi kita mungkin berbeda-beda. Tapi yang pasti Tuhan ingin kita menemukan suka cita melalui damai sejahtra oleh KebenaranNya sendiri secara mutlak. Banyak musim akan terus berganti . kesulitan akan terus berganti, tapi kasih setia Tuhan juga tidak pernah usang, selalu baru setiap pagi! Begitu kata firman Tuhan . aku tidak bisa katakan unutk berhenti takut atau khawatir, karna itu tidak lahir dengan sendirinya. Hanya, mari terus tanya Tuhan apa yang mau kita niikmati hari ini dan seteruusnya, maka dengan sendirinya ketakutan dan ke khawatiran itu akan pupus.

Aku mungkin ga pernah menyadari sebelumnya kalau aku akan sangat bersuka cita, ketika suatu kali aku tidak bisa menemukan sayuran segar di warung karna isu lock down sementara di tempatku, menyebabkan pemilik warung tidak berani memasukkan sayuran segar beberapa hari itu. lalu aku pulang ke rumah tanpa membawa apa-apa. Aku kemudian menemukan mihun mentah dalam tumpukan stok bahan makanan yang kupunya. Dengan bermodal bawang putih, bawang merah dan telor , aku mengolahnya menjadi mihun goreng.

Entah kenapa pagi itu rasanya pas sekali(biasanya selalu bermasalah dengan takaran garam). Entah mungkkin karna aku udah terlalu lapar, tapi aku tersenyum menikmati sarapanku pagi itu, rasanya mengingatkanku pada masakan di kampung halamanku yang biasanya di beri beberapa potongan daging babi. Aku tersenyum, mungkin sebagian orang tidak bisa menikmati  sarapan seenak yang kupunya hari-hari ini (mungkin penjual mi goreng daging babinya tutup). Mungkin jika aku mendapat sayur segar tadi pagi, aku tidak akan menikmati sarapan seenak ini pagi ini. “Ahh…tapi bukan “mungkin”, karna Tuhan sudah meenyediakan bagian ini untuk aku nikmati pagi ini” Pikirku lagi sambil melanjutkan sarapan pagi iitu

Lalu, bagian selanjutnya dari Firman Tuhan diatas berkata bahwa, ...kuatkan lah hatimu, Aku(Tuhan Yesus) sudah mengalahkan dunia ini. Hari ini kita mengingat kembali kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Mengingatkan kita bahwa sakit penyakit, kesusahan dan penderitaan sudah di tanggung Nya di kayu salib. Lalu apa bagian kita selanjutnya??

Mari bertanya pada Tuhan, apa yang mau kita kerjakan hari hari ini. Biar kita tetap fokus mendengar suara Tuhan diantara suara suara lain yang terus mengisi pikiran kita. Hari ini kita mungkin belajar 1+1=2, jika kita terus melatih diri kita, besok mungkin kita akan tau kalau 2-1=1 dan selanjutnya. Ga masalah kita tau lebih sedikit dari teman yang lain, tapi setiap proses pembelajaran itu berharga bagi siapa saja yang mau memaknai.

Hari ini kita mungkin belajar bagaimana cuci tangan bisa membunuh kuman, bagaimana siklus pertumbuhan dan penyebaran virus, atau minimal kita jadi tau salah satu jenis virus yang pernah menghampiri hampir seluruh belahan dunia yaitu covid 19

Masing2 kita mungkin bisa menanggapi dengan cara yang berbeda, tentu ga jadi masalah karna memang begitulah adanya. Karna itu juga Tuhan punya panggilan yang berbeda2 kepada kita. Ga bisa juga memaksakan orang lain untuk sepaham dengan apa yang kamu pikirkan sekalipun menurutmu apa yang kamu pikirkan adalah hal yang terbaik, karna mungkin dia pun memikirkan hal yang sama tentang pemikirannya. Yang perlu dipahami bahwa pastikan kita memandang Tuhan yang sama