Senin, 17 Mei 2021

Belajar bertumbuh

 Pagi-pagi kemaren bertepatan dengan hari lebaran. jadi aku putuskan mengirimkan ucapan selamat idul fitri ke beberapa teman yang merayakannya. salah satunya ke salah seorang mantan teman kerjaku sebelumnya. 

"selamat hari raya Idul Fitri..."

"Mohon maaf lahir dan Batin"  ucapku dalam ;ayanan pesan singkat berisi dua baris kalimat singkat. sebenarnya tidak ada ekspektasi apa-apa saat mengirimkan pesan tadi. hanya karna kebetulan hari lebaran. padahal sebenarnnya seingatku ga ada juga hal spesifik yang perlu dimaafkan olehnya ataupun sebaliknya olehku. toh pada hari terakhir bekerja dengannya pun, rasanya aku sudah minta maaf saat berpamitan. dan setelah itu hanya beberapa kali komunikasi yang tidak begitu serius

Ada keengganan mengirim pesan ini sebenarnya, mengingat orang ini ngeselin banget, tapi yaudahlahh.. tidak ada salahnya untuk beramah tamah, lagian, sangat masuk akal, kalau karna sifatnya yang ngeselin, aku pernah mengumpatnya dalam hati. jadi nampaknya sekarang ada alasan untuk minta maaf

Sepanjnag pagi lumayan sibuk, aku baru menyadari ada beberapa balasan pesan singkat yang masuk ke hp ku, balasan dari pesan yang aku kirim tadi pagi ke beberapa teman dekat. salah satunya dari temanku tadi. sebut saja namanya "budi". balasan pesannya cukup singkat :

"Iya, sudah dimaafkan"

Pertama kali membacanya, rasanya aku cukup kesal. seolah olah pesan itu berarti " iya, kamu yang salah dan aku tidak" atau " akhirnya kamu kalah dengan mengaku salah atas apa yang kamu perbuat" . saat itu ingin rasanya aku hapus kontaknya dari hp ku atau minimal aku blok nomornya, karna rasnya tidak mau lagi berhubungan dengan orang seperti itu. ingin rasanya cerita ke orang-orang betapa ngeselinnya balasan pesan dari budi. walau pada akhirnya ga aku lakukan karna dalam hati kecil masih mikir ga perlu orang lain berasumsi buruk tentang budi.

Siang harinya, karna kebetulan ada kebanjiran di dekat tempat tinggalku, dan menimpa salah satu kerabat, aku pergi ke rumahnya membantu membereskan sisa-sisa banjir. orang datang dan pergi silih berganti . ada yang sekedar memgabadikan moment, membantu membersihkan dan sebagian hanya sebagai pemerhati tanpa melakukan apa-apa. masing-masing punya motivasinya sendiri. 

Tiba-tiba aku berfikir : berhakkah aku marah ketika aku merasa lelah dintara orang orang yang jadi pemerhati?? bukankah mereka berhak melakukan apa yang jadi motivasi mereka masing-masing. dan juga aku?? bukankah tugasku adalah tetap pada motivasiku di awal untuk membantu tanpa harus terpengaruh atau terintimidasi pada  motivasi orang lain??

benar atau salahnya motivasi orang lain bukan menjadi urusanku. yang pasti aku harus berjuang menyelesaikan apa yang sudah ku mulai. berjuang bukan hanya untuk orang lain. tetapi juga berjuang pada diri sendiri untuk terus berjuang menyelesaikan apa yang sudah ku tekadkan diawal. karna aku percaya, ketika aku terus berjuang menyelesaikan apa yang sudah kumulai, perjuangan ini akan memperkaya nilai-nilai diri sebagai manusia.

Lalu tiba-tiba aku teringat pada balasan pesan dari temanku tadi pagi.  dan teringat betapa kesalnya perasaanku tadi pagi akibat balasan itu. kenapa aku harus terganggu pada apa yang diucapkannya?? bukankah ketika aku mengirimkan pesan "mohon maaf lahir dan batin" bermakna aku  sedang dalam motivasi minta dimaafkan?? dah seharunya menjadi "dimaafkan" adalah jawaban paling pantas yang bisa aku harapkan?? terlepas dari apapun motivasinya si budi ketika membalasnya dengan "iya..sudah dimaafkan"

Sekarang aku hanya tertawa geli pada diriku sendiri, membayangkan apa yang terjadi sepanjang hari ini. bagaimana kehidupan dan interaksi yang terjadi di dalamnya mengajarkanku nilai-nilai yang sesungguhnya tanpa diminta, mengajarkan bagaimana menjadi manusia itu terus bertumbuh setiap saat. mengajarkan bahwa  gagal tidak mengapa, asalkan proses boleh terus berjalan, lagipula, seringkali kegagalan itu mengajarkan kita jauh lebih banyak dari pada apa yang diajarkan oleh keberhasilan.