Sabtu, 21 Agustus 2021

Tetap Dalam Panggilan ( pengingat bagi diri sendiri )

Menurutku semua orang adalah pejuang dalam pertarungan nya masing-masing. setiap orang adalah pahlawan dalam setiap perjuangannya. tidak peduli seberapa besar pertarungannya, tidak peduli seberapa besar pencapaiannya atau penghargaan yang di dapat, tak peduli berapa kali dia gagal dan bangkit lagi, mereka tetaplah pejuang. karna minimal yang namanya manusia pasti punya naluri untuk tetap bertahan dan berjuang. walaupun mungkin masing-masing punya penilaian sendiri terhadap kegagalan atau keberhasilan mereka.  
Ada yang memilih untuk menyerah  karna merasa takkan mampu memenangi pertandingan. atau mungkin sebagian merasa udah sampai di ujung pertarungan, lalu berhenti karna tidak mau melihat pertandingan secara keseluruhan karna sudah merasa cukup atas apa yang sudah diperjuangkan. atau mungkin sebaguan lagi adalah mereka yang sebenarnya udah berhasil tapi tidak pernah menyadari dan tetap dalam pertarungan yang dibuatnya sendiri, dan sebagainya. 

Dan menurutku, perjuangan itu sifatnya seumur hidup. tapi mungkin arena nya saja yang berbeda-beda, dan dalam tingkat kesulitan yang berbeda-beda juga. Dalam perjuangan ini sangat sulit menentukan siapa yang lebih baik dari siapa. karena memang setiap orang mengalami perjuangan yang beda dan arena yang berbeda pula. Tuhan mengizinkan kita ada di suatu arena menurut pandangan-Nya . jadi kita hampir tidak bisa menemukan perbandingan apple to apple untuk membandingkan tiap perjuangan manusia satu ke yang lainnya. karna mereka akan menemukan hasil yang berbeda-beda dan pencapaian yang berbeda beda pula. dan karna alasan ini pulalah, semakin menyadarkan bahwa tidak ada alasan untuk menghakimi perjuangan orang lain.

misalnya satu orang berjuang untuk bisa bangun pagi jam 6 setiap harinya. sementara yang lain berjuang untuk bisa bangun jam 10 setiap hari. lalu apakah kita bisas memutuskan bahwa perjuangan yang jam 6 lebih sulit dari jam 10?? tentu saja tidak bisa , karena kita tidak tau latar belakang nya, misalnya. bagaimana jika orang yang berjuang bangun jam 6 adalah mereka yang punya rutinaitas teratur?, pagi hari sampai siang hari mereka bekerja  dan sudah tidur dari jam 9 malam hari nya. sementara yang berjuang bangun jam 10 adalah  mereka baru tidur satu jam atau dua jam sebelumnya. atau mungkin mereka yang selama ini yang tidak pernah bisa tidur nyenyak dan berharap ada tambahan tidur nyenyak sampai jam 10 pagi

Dan aku, inilah jenis perjjuangan yang kuhadapi sekarang. berjuang untuk terus menyadarkan diriku pada panggilan awal ketika Tuhan memimpinku ke tempat ini. 

Aku ingat dulu pergolakan dalam diriku sebelum akhirnya memutuskan datang ke kota ini. aku perlu memantapkan diriku, menggali dalam diriku sendiri, memastikan bahwa tidak ada ambisi pribadi di dalamnya. jujur saja ini bukan perjalanan mudah bagiku, tapi justru semakin aku menyadari ini bukan perjalanan mudah, aku semakin takut untuk melakukan kesalahan dan termasuk dalam hal mengambil keputussan, disitulah aku sadari aku semakin bergantung kepada Tuhan . 

mulai menguji pilihan dan kemungkinan kemungkinan yang ada dalam pikiranku apakah itu berasal dari pikiranku sendiri atau itu datangnya dari Tuhan. dan satu hal yang sangat perlu kupastikan adalah bahwa motivasi nya bukan tentang uang atau sejenisnya. aku yakin ada beberapa orang yang menilai kepergianku kali ini karna mengejar materi semata. karna mungkin yang mereka tau, aku berangkat karna dijanjikan pekerjaan dari saudaraku. tapi satu hal yang mungkin ga mereka tau atau sadari bahwa sebenarnya, gaji yang di janjikan adalah sama besarnya dengan yang biasanya kuterima ketika aku menjaga keponakanku. jadi kalau soal materi, tentu bukan itu pertimbanganku. 

Sekalipun mungkin orang-orang menganggapku kalah dalam hal ini, kelihatannya seolah aku meninggalkan pelayanan demi mengejar materi. tapi satu yang ku pelajari bahwa, kadangkala aku juga harus belajar membiarkan diriku kehilangan kebanggaannya di depan orang-orang. tapi bukan di depan Tuhan. sebodoh-bodohnya aku menerjemahkan suara Tuhan, biarlah aku malu di hadapan Nya saja, bukan di hadapan penilaian orang-orang. 

Inilah salah satu pergumulan dan pernyataanku kepada Tuhan dan akhirnya jawabannya ketika salah satu saudaraku bicara tentang kerinduannya, yang intinya dia rindu kami bersaudara saling tolong menolong. dan ini merupakan doa ku sepanjang tahun. berdoa untuk keluarga besar kami dan secara khusus keluarga inti kami.

Sekarang aku mulai mengerti poin ini! artinya, bahwa, aku datang kesini bukan untuk mengejar materi. jadi bukan supaya menjadi kaya, bukan untuk jadi pengusaha dan sebagainya. tapi sebagai penolong bagi saudaraku. inilah titik fokusku yang pertama (bukan terutama)

lalu jawaban kedua, dari hamba Tuhan yang berdoa untuk keberangkatanku  kesini untuk memberkati setiap tempat yang kutuju. jadi inilah tiitk fokusku yang kedua dan yang harus aku tanamkan dalam hatiku. Jadi, sekalipun mungkin aku belum tau persis nya "berkat"seperti apa yang akan Tuhan nayatakan bagi setiap tempat. maka bagianku untuk menyiapkan diri ketika nanti suatu saat Tuhan memintaku untuk melakukannya.

Namun lambat laun, aku menyadari bahwa ada rencana-rencana yang mulai ku bentuk untuk diriku sendiri. mungkin ga ada salahnya  kalau kita selalu punya perencanaan untuk kedepannya dan justru itu sangat bagus. Tapi yang salah ketika titik fokus ku mulai berpindah. ada tingkat prioritas yang mulai berubah sekarang. dan akibatnya ketika banyak hal yang terjadi kemudian berjalan seperti di luar dari apa yang aku rencanakan,  aku mulai terusik. aku gampang putus asa, gampang down, karna merasa aku kehilangan sesuatu yang bisa ku kendalikan sendiri. dan kendali itu selama ini membuat aku merasa hebat. dan aku mulai sadar kalau ada yang salah dengan itu

Aku berhenti sejenak, mengingat ingat kembali titik-titik fokus yang dimana seharusnya aku bertumpu. mungkin ada waktu yang sempat terbuang. ada emosi dan kemarahan yang seharusnya ga perlu, tapi kubiarkan terjadi. ada banyak hal yang terbengkalai, tapi apapun itu, sekarang aku mau belajar berdiri di arenaku sendiri. mempelajari arena yang baru ku tempati sebagai tempatku bertarung. aku sempat kalah, tapi bukan berarti aku sudah berakhir. 

ketika perubahan ini mulai mengganggu tujuan awalnya maka berarti aku harus berjuang demi tercapainya tujuan awal bukan berjuang supaya aku bisa menggenapi ambisiku pribadi. ini yang aku sadari sekarang. dan apapun yang terjadi, ketika tidak mengganggu titik fokus tadi, maka bukan bagianku untuk dibuat pusing oleh nya apalagi sampai mencampurinya. karna aku dipanggilNya untuk menggenapi rencanaNya, so.. bukankah Dia sendiri yang akan bertindak ketika ada yang berusaha menghalangi rencana Nya tergenapi?? 

Siapa aku sehingga berfikir punya bagian apalagi punya kuasa untuk mencampurinya??




Bekerja vs Pengangguran

 doing nothing and just wait until something happen called "jobless"

literally jobless!!

menurutku pengangguran itu ya..seperti itu

ketika ga ngelakuin apa2 untuk hidupnya dan hanya nunggu semesta memegang kendali. 

tapi selama kita masih melalukan sesuatu untuk hidup kita, 

mengusahakan sesuatu untuk dikendalikan, itulah namanya bekerja.

tidak harus terikat di satu instansi atau bidang yang punya nama


jadi, bekerja atau pengangguran itu ga melulu apa yang tertulis di KTP atau yang bisa dilihat orang lain.

misalnya:

ada dua orang anak bekerja di toko milik orang tua mereka. dengan satu jabatan yang sama

yang satu bekerja hanya ketika dia ingin melakukannya, karna memang tidak ada tuntutan atau target untuk melakukan seperti karyawan lain. toh dia tidak akan dipecat atau dapat surat peringatan dari orang tuanya sebagai pemimpin nya.

tapi anak yang satu lagi, meleburkan dirinya sama dgn karyawan lain. sekalipun mungkin capek dan sebenarnya bukan keharusan dia melakukannya juga, sama seperti apa yang saudaranya dapatkan. tidak akan di pecat ataupun dapat surat peringatan, namun dia tetap melakukan bagiannya.

tapi sesungguhnya, itulah yang namanya bekerja, memegang kendali atas "capek"yang menyuruh dia berhenti. memegang kendali atas diri sendiri untuk terus belajar, menyerap ilmu untuk meng-upgrade diri.memegang kendali atas hidup untuk tetap berjuang agar bisa terus semangat setiap hari. memegang kendali atas keputusan yang mungkin mengharuskan kita meninggalkan suatu instansi. dan banyak kendali kendali lain yang bisa kita pegang.

Dan ketika kita memilih untuk melepaskan kendali atas hidup kita sendiri, saat ittulah kita dinyatakan sebagai "pengangguran/jobless"

Kita diberi anugrah oleh Tuhan untuk berfikir lalu memutuskan untuk hidup kita sendiri. dinamakan anurgrah, karna sebenarnya kita adalah milik Tuhan sepenuhnya, dan ga ada sedikitpun yang bisa kita klaim sebagai milik kita sndiri, yang kita peroleh karna usaha kita sendiri..tidak ada!! semuanya pemberian cuma-cuma karena kasih nya Tuhan sendiri. jadi dengan kata lain, menjadi seorang pekerja karna memilih untuk memegang kendali atas keputusan hidupnya itu adalah anugrah Tuhan bagi hidup kita.

lalu kemudian jika bekerja itu sendiri adalah anugrah, bagaimana mungkin kita bisa menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan bagi kita?? bekerja sama sekali bukan tentang materi dan harta tapi tentang kualitas hidup itu sendiri. dan kualitas itu akan terbukti dan teruji seiring dengan berjalannya waktu. lewat kesulitan dan pergolakan. lewat proses peleburan dan penempaan yang akan menentukan seberapa kuat kita bisa bertahan dan berjuang. dan hasil akhirnya akan terlihat ketika kita tidak lagi bisa bekerja secara jasmani dan rohani. 

hari-hari ini manusia sedang berada dalam proses yang sangat berat dan semakin lama semakin berat. keberadaan pandemi memaksa manusia untuk berjuang atas "kendalinya" masing-masing. dan yang memilih untuk menyerah, sudah bisa dipastikan tidak akan bisa masuk ke tahap peleburan dan pemurnian berikutnya. karna bisa dipastikan situasi pandemi ini tidak membuat situasi semakin baik, tapi justru sebaliknya. bahkan ketika pandemi ini pun benar benar berakhir, dampaknya tidak akan membuat semuanya menjadi mudah, setidaknya tidak dalam jangka waktu dekat. dan orang -orang yang sudah bertahan di fase sebelumnya masih kan terus berjuang di fase new normal- new normal berikutnya. 

lalu apa ynag perlu dipersiapkan?? lagi-lagi tidak melulu tentang uang dan materi . tapi lebih dari itu, keterampilan dan kreatifitas dituntut untuk terus berkembang dan terus diperbaharui. tidak hanya itu, mental dan akal sehat sangat dibutuhkan untuk tetap bisa waras dalam tuntutan dan persaingan yang semakin ketat. semakin mudah mendapat informasi, semakin besar pula kemungkinan orang-orang goyah dari apa yang diyakini sebelumnya. karna semua hal seolah-olah masuk akal dan dapat diterima. jadi perlu ada satu tolak ukur yang pasti